Syech
Maulana Malik Ibrahim dikenal pula dengan sebutan Maulana Maghribi, Syeck
Maghribi. Dalam deretan nama-nama Sunan/Wali di Jawa Beliau adalah wali tertua.
Datang di Jawa untuk menyebarkan Agama Islam pada zaman Majapahit (TH. 1379 M).
Beliau
wafat tanggal 12 Rabiul Awal 822 H (1419 M), yang selanjutnya setiap tanggal
tersebut diperingati dengan acara Haul yang diikuti jamaĆ¡h lokal dan regional
maupun nusantara. Makam tokoh Penyebar Agama Islam yang pertama di Jawa ini
setiap hari didatangi peziarah bukan saja dari dalam negeri tetapi juga dari
luar negeri, setiap tahun tidak kurang 850.000 orang peziarah yang datang.
Makam
ini terletak di jantung kota Gresik, tepatnya di Jln Malik Ibrahim, di Desa
Gapuro Sukolilo yang berjarak 200 m dari aloon-aloon kota Gresik, sehingga
sangat mudah dijangkau dengan transportasi umum.
Kompleks
makam Maulana Malik Ibrahim dikelilingi oleh pemakaman keluarga dan umum,
selain itu di sebelah barat kompleks makam terdapat makam Bupati Gresik yang
pertama yaitu Raden Pusponegoro beserta keluarga.
Bangunan
makam memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan makam lainnya sehingga
mempunyai daya tarik mempesona bagi wisatawan. Hal ini dapat dilihat dai bahan
batu nisan dan gaya tulisan arab yang terdapat pada makam. Batu nisan bergaya
nisan Gujarat tebuat dari batu marmer berbentuk lunas kapal khas Gujarat, serta
model tulisan arabnya banyak dijumpai di negei Gujarat. Peninggalan-peninggalan
beliau antara lain : – Masjid Pasucinan di Desa Leran dan Langgar dan Pondok
Pesantren di Desa Jawa (Sekarang Kelurahan Kemuteran Kota Gresik).
Menurut Raffles, Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan
Zainul Abidin, cicit Nabi Ibrahim, menetap di Leran, Jenggolo. Tak berapa lama
datanglah saudara sepupunya, Raja Cermen dari tanah seberang dengan maksdu
mengislamkan Angkawijaya, raja Majapahit. Untuk maksud ini, ia akan
menghadiahkan anak perempuannya menjadi isterinya. Beberapa hari setelah Raja
Cermen tiba kembali di Leran dari kunjungan ke Majapahit berjangkitlah penyakit
menular. Banyak rakyat meninggal, di antaranya tiga dari lima orang saudara
sepupunya yang datang bersama dengannya dari seberang yaitu Sayid Jafar, Sayid
Kasim, dan Sayid Ghart, yang makam-makamnya terkenal dengan nama Kuburan
Panjang. Puteri pun jatuh sakit hingga meninggal. Setelah ia menyerahkan
pemeliharaan makam-makam kepada Maulana Malik Ibrahim, Raja Cermen kembali ke
negerinya. Dalam perjalanan pulang kedua sepupunya yang masih hidup wafat pula,
yaitu Sayid Jafar dan Sayid Rafidin, berturut-turut di dekat Madura dan Bawean,
dan mereka dimakamkan di tempat tersebut. Tiga hari setelah keberangkatan Raja
Cermen, Angkawijaya tiba di Leran, dan terjadi perselisihan antara Angkawijaya
dengan Maulana Malik Ibrahim, Angkawijaya kembali ke Majapahit dan selanjutnya
tidak memperhatikan lagi hal itu. Peristiwa ini trejadi dalam tahun 1313 Saka.
Maulana Malik Ibrahim kemudian pindah dari Leran ke Gresik, dan setelah 21
tahun pulangnya Raja Cermen beliau meninggal pada hari Senin 12 Rabiulawal 822
H (1419 M). Makamnya terkenal sebagai pintu gerbang timur (gapura wetan).
Kompleks Makam Maulana Malik Ibrahim terbagi menjadi dua halaman. Halaman
selatan dimanfaatkan sebagai lahan fasilitas, sedangkan halaman utara merupakan
halaman utama yang di dalamnya terdapat Makma Maulana Malik Ibrahim. Makam
Sayidah Siti Syalifah dan Makam Syekh Maulana Maghfur, berjajar dari timur ke
barat, terbuat dari marmer. Menurut J.P. Moquette, arsitektur bangunan makam
Maulana Malik Ibrahim tidakjauh berbeda dengan makam Maulana Abdullah (831 H).
Sultanah Ratu Nahrisyahhishamudin (822 H) di Pasai dan nisan Achmad al-Karuni
(734 H) di Cambay, India. Pada sisi luar nisan makam Maulana Malik Ibrahim
dipahatkan dipahatkan huruf-huruf Arab dan panil-panil kaligrafi mengutip
ayat-ayat Al-Qur'an, diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 255, Surat Ali Imran
ayat 185, Surat ar-Rahman ayat 26-27, Surat al-Ikhlas ayat 1-3, Surat at-Taubat
ayat 21-22, dia, dan diktum/pernyataan tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun
meninggalnya Maulana Malik Ibrahim dalam bahasa dan tulisan Arab. Van Ronkel
dan Juynboll berpendapat bahwa Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12
Rabiulawal. Sebaliknya Moquette menyatakan bahwa waktu meninggalnya Maulana
Malik Ibrahim yang tercantum di batu nisan harus dibaca Senin, 12 Rabiulakhir
822 H, karena tanggal 12 Rabiulawal 822 H tidak jatuh pada hari Senin.
Kerancuan ini disebabkan pemahatan aksara Arab pada nisan tersebut sangat
berdesakan pada ruang yang sempit.
Referensi :
PEMDA Gresik. "Makam Maulana Malik Ibrahim". http://gresikkab.go.id/wisata/makam_maulana_malik_ibrahim
PEMDA Gresik. "Makam Maulana Malik Ibrahim". http://gresikkab.go.id/wisata/makam_maulana_malik_ibrahim
Aroengbinang, Bambang. 2016. "Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik". http://www.thearoengbinangproject.com/makam-maulana-malik-ibrahim-gresik/