Thursday, May 19, 2016

Makam Maulana Malik Ibrahim

Syech Maulana Malik Ibrahim dikenal pula dengan sebutan Maulana Maghribi, Syeck Maghribi. Dalam deretan nama-nama Sunan/Wali di Jawa Beliau adalah wali tertua. Datang di Jawa untuk menyebarkan Agama Islam pada zaman Majapahit (TH. 1379 M).

Sumber : http://www.thearoengbinangproject.com/wp-content/uploads/2011/12/malik-02.jpg

Beliau wafat tanggal 12 Rabiul Awal 822 H (1419 M), yang selanjutnya setiap tanggal tersebut diperingati dengan acara Haul yang diikuti jamaƃ¡h lokal dan regional maupun nusantara. Makam tokoh Penyebar Agama Islam yang pertama di Jawa ini setiap hari didatangi peziarah bukan saja dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri, setiap tahun tidak kurang 850.000 orang peziarah yang datang.

Makam ini terletak di jantung kota Gresik, tepatnya di Jln Malik Ibrahim, di Desa Gapuro Sukolilo yang berjarak 200 m dari aloon-aloon kota Gresik, sehingga sangat mudah dijangkau dengan transportasi umum.

Kompleks makam Maulana Malik Ibrahim dikelilingi oleh pemakaman keluarga dan umum, selain itu di sebelah barat kompleks makam terdapat makam Bupati Gresik yang pertama yaitu Raden Pusponegoro beserta keluarga.

Bangunan makam memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan makam lainnya sehingga mempunyai daya tarik mempesona bagi wisatawan. Hal ini dapat dilihat dai bahan batu nisan dan gaya tulisan arab yang terdapat pada makam. Batu nisan bergaya nisan Gujarat tebuat dari batu marmer berbentuk lunas kapal khas Gujarat, serta model tulisan arabnya banyak dijumpai di negei Gujarat. Peninggalan-peninggalan beliau antara lain : – Masjid Pasucinan di Desa Leran dan Langgar dan Pondok Pesantren di Desa Jawa (Sekarang Kelurahan Kemuteran Kota Gresik).


Menurut Raffles, Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan Zainul Abidin, cicit Nabi Ibrahim, menetap di Leran, Jenggolo. Tak berapa lama datanglah saudara sepupunya, Raja Cermen dari tanah seberang dengan maksdu mengislamkan Angkawijaya, raja Majapahit. Untuk maksud ini, ia akan menghadiahkan anak perempuannya menjadi isterinya. Beberapa hari setelah Raja Cermen tiba kembali di Leran dari kunjungan ke Majapahit berjangkitlah penyakit menular. Banyak rakyat meninggal, di antaranya tiga dari lima orang saudara sepupunya yang datang bersama dengannya dari seberang yaitu Sayid Jafar, Sayid Kasim, dan Sayid Ghart, yang makam-makamnya terkenal dengan nama Kuburan Panjang. Puteri pun jatuh sakit hingga meninggal. Setelah ia menyerahkan pemeliharaan makam-makam kepada Maulana Malik Ibrahim, Raja Cermen kembali ke negerinya. Dalam perjalanan pulang kedua sepupunya yang masih hidup wafat pula, yaitu Sayid Jafar dan Sayid Rafidin, berturut-turut di dekat Madura dan Bawean, dan mereka dimakamkan di tempat tersebut. Tiga hari setelah keberangkatan Raja Cermen, Angkawijaya tiba di Leran, dan terjadi perselisihan antara Angkawijaya dengan Maulana Malik Ibrahim, Angkawijaya kembali ke Majapahit dan selanjutnya tidak memperhatikan lagi hal itu. Peristiwa ini trejadi dalam tahun 1313 Saka. Maulana Malik Ibrahim kemudian pindah dari Leran ke Gresik, dan setelah 21 tahun pulangnya Raja Cermen beliau meninggal pada hari Senin 12 Rabiulawal 822 H (1419 M). Makamnya terkenal sebagai pintu gerbang timur (gapura wetan). Kompleks Makam Maulana Malik Ibrahim terbagi menjadi dua halaman. Halaman selatan dimanfaatkan sebagai lahan fasilitas, sedangkan halaman utara merupakan halaman utama yang di dalamnya terdapat Makma Maulana Malik Ibrahim. Makam Sayidah Siti Syalifah dan Makam Syekh Maulana Maghfur, berjajar dari timur ke barat, terbuat dari marmer. Menurut J.P. Moquette, arsitektur bangunan makam Maulana Malik Ibrahim tidakjauh berbeda dengan makam Maulana Abdullah (831 H). Sultanah Ratu Nahrisyahhishamudin (822 H) di Pasai dan nisan Achmad al-Karuni (734 H) di Cambay, India. Pada sisi luar nisan makam Maulana Malik Ibrahim dipahatkan dipahatkan huruf-huruf Arab dan panil-panil kaligrafi mengutip ayat-ayat Al-Qur'an, diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 255, Surat Ali Imran ayat 185, Surat ar-Rahman ayat 26-27, Surat al-Ikhlas ayat 1-3, Surat at-Taubat ayat 21-22, dia, dan diktum/pernyataan tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun meninggalnya Maulana Malik Ibrahim dalam bahasa dan tulisan Arab. Van Ronkel dan Juynboll berpendapat bahwa Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiulawal. Sebaliknya Moquette menyatakan bahwa waktu meninggalnya Maulana Malik Ibrahim yang tercantum di batu nisan harus dibaca Senin, 12 Rabiulakhir 822 H, karena tanggal 12 Rabiulawal 822 H tidak jatuh pada hari Senin. Kerancuan ini disebabkan pemahatan aksara Arab pada nisan tersebut sangat berdesakan pada ruang yang sempit.

Referensi :
PEMDA Gresik. "Makam Maulana Malik Ibrahim". http://gresikkab.go.id/wisata/makam_maulana_malik_ibrahim

Aroengbinang, Bambang. 2016. "Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik". http://www.thearoengbinangproject.com/makam-maulana-malik-ibrahim-gresik/