Judul : Filsafat dan
Metafisika dalam Islam
Penerbit: Pustaka Narasi
Waktu Terbit : 2008
Halaman : 256
Alamat Ebook : https://books.google.co.id/books?id=laQj5-ZoV1EC&pg=PA69&dq=filsafat+islam&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=filsafat%20islam&f=false
Sebelum menjelaskan lebih jauh
mengenai filsafat Islam, penulis buku ini menjelaskan terlebih dahulu
pengertian, lapangan filsafat, obyek pembicaraan filsafat, lapangan filsafat
Islam, pencakupan filsafat Islam terhadap Ilmu Keislaman yang lain, kemudian
baru dijelaskan mengenai filsafat Arab atau filsafat Islam. Dalam bab pertama
ini dijelaskan dari sub bab pengertian hingga sub bab filsafat Arab atau
filsafat Islam, agar para pembaca mudah memahami secara menyeluruh. Bab pertama
ini sebagai pembuka atau pengantar untuk bab-bab selanjutnya. Jadi, agar
memahami bab-bab setelah bab pertama maka harus memahami terlebih dahulu bab
pertama.
Setelah
sekian banyak mengutip pengertian filsafat dari beberapa tokoh filsafat, K.H.
Muhammad Sholikhin menyimpulkan bahwa pengertian filsafat ialah ilmu tentang
wujud-wujud melalui sebab-sebabnya yang jauh. Yakni pengetahuan yang yakin yang
sampai kepada sebab-sebabnya sesuatu. Ilmu terhadap wujud-wujud tersebut adalah
bersifat keseluruhan, bukan bersifat terperinci menjadi (garis kecilnya),
karena pengetahuan secara terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu nyata.
Sedangkan dalam penjelasan
lapangan filsafat Islam, K.H. Muhammad Sholikhin tidak memberi penjelasan dari
dirinya akan tetapi hanya mengutip dari beberapa tokoh filosuf-filosuf muslim,
diantaranya al-Kindi, al-Farabi, Ikhwanushafa dan Ibnu Sina. Dari beberapa
filosuf muslim ini, hanya Ikhwanushafa yang memberikan penjelasan lebih banyak
dalam lapangan filsafat Islam termasuk cabangnya. Ada empat lapangan filsafat
Islam menurut Ikhwanushafa, yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu
ketuhanan. Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu: mengetahui Tuhan,
ilmu kerohanian, ilmu kejiwaan, ilmu politik yang mencakup politik kenabian,
politik pemerintahan, politik umum, politik khusus, politik pribadi (Akhlak),
dan ilmu keakheratan.
Penjelasan mengenai filsafat
Arab atau filsafat Islam, penulis buku ini memaparkan terlebih dahulu pendapat
tokoh-tokoh yang sepakat dengan penamaan filsafat Arab dan yang sepakat dengan
penamaan filsafat Islam. Lalu K.H. Muhammad Sholikhin memberikan argumentasinya
dan memilih penamaan filsafat Islam dianggap lebih tepat. Alasannya menginggat
bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga kebudayaan. Pemikiran
filsafat sudah barang tentu terpengaruh oleh kebudayaan Islam tersebut,
meskipun pemikiran tersebut adalah Islam, baik dalam problem-problemannya,
motif pembinaannya maupun tujuannya, karena Islam telah memadu dan menampung
aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu kesatuan.
Dalam pembahasan selanjutnya
dijelaskan mengenai bagaimana para ahli-ahli ketimuran (orientalis) memandang
filsafat Islam. Dalam bab ini, K.H. Muhammad Sholikhin mengangkat beberapa nama
orientalis yang mempunyai pendapat atas filsafat Islam. Antara lain, Tenneman,
Renan, L. Gauthier, E. Brehier, dan Max Horten. Kemudian penulis buku ini
meringkas dari apa yang telah disampaikan oleh para orientalis tersebut.
Filsafat Yunani sebelum Islam
dijelaskan pula oleh K.H. Muhammad Sholikhin dalam buku ini. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca mengetahui secara umum mengenai filsafat Yunani.
Karena sebelum filsafat Islam hadir, filsafat Yunani-lah yang hadir pertama
kali sebagai cikal-bakal atas filsafat-filsafat yang lain. Bab ini menjelaskan
tentang ciri khas fase Hellenisme, ciri khas fase Hellanisme Romawi, Neo
Platonisme, Plotinus, dan penjelasan mengenai sifat-sifat akal, jiwa alam, dan
alam materi pada zaman tersebut.
Bab
selanjutnya mengenai persiapan berfilsafat pada kaum muslimin. Hal ini
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penerjemahan buku-buku filsafat
yaitu buku-buku Plato dan Aristoteles. Selain itu juga penerjemahan buku-buku
Hellenisme Romawi, dan masa Neo Platonisme. Filsafat Yunani ini dapat diterima,
karena ada keinginan untuk pemaduan filsafat di satu pihak dengan agama di lain
pihak.
Bab-bab selanjutnya dalam buku
ini mulai menjelaskan filsafat Islam yang diwakili oleh para filosuf muslim,
diantaranya al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu
Thufail dan Ibnu Rusyd. Tokoh-tokoh tersebut dijelaskan dari biografi,
karya-karyanya, pemikiran filsafat tokoh tersebut, lalu kemudian dikomentari
oleh penulis buku. Al-Ghazali dalam pandangan penulis buku ini, bukan termasuk
sebagai filosuf karena ia menentang bahkan memerangi filsafat. Akan tetapi
al-Ghazali telah mempelajari filsafat sedemikian rupa hingga dapat mengkritik
para filosuf muslim dari segi pemikiran filsafat metafisika. Mungkin hal inilah
yang menyebabkan al-Ghazali dimasukkan dalam pembahasan filosuf Islam.
Buku yang ditulis oleh K.H.
Muhammad Sholikhin ini pada hakekatnya adalah pengantar filsafat Islam. Yang
didalamnya dijelaskan secara singkat dan padat mengenai pengertian, ruang
lingkup dan keadaan filsafat Yunani. Hal ini dimaksudkan hanya sebagai
pengantar agar nantinya mudah memahami filsafat Islam. Maka buku ini, sangat
tepat bagi para pelajar yang ingin meningkatkan wawasannya mengenai dunia
filsafat, khususnya filsafat Islam. Tidak hanya dimiliki oleh mahasiswa bidang
filsafat saja, tetapi dapat dimiliki mahasiswa lainnya karena sudah menjadi
mata kuliah wajib di tiap jurusan perguruan tinggi.
Alasan mengapa al-Razi atau
nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria al-Razi tidak dibahas dalam buku
ini tidak ditemukan, padahal al-Razi adalah salah satu filosuf Islam yang
terkenal. Dengan pemikirannya tentang falsafat lima kekal dan
pemikiran-pemikran yang lainnya. Penggunaan bahasa yang kurang menarik, menjadi
kekurangan dalam buku ini. Selain itu, sistematika penulisan juga terlihat
belum rapi antara penulisan bab dan sub bab. Kendati demikian, buku ini secara
“isi” sudah dapat menggambarkan sejarah filsafat Islam secara menyeluruh.