Sunday, May 22, 2016

Resensi Filsafat dan Metafisika dalam Islam

Judul  : Filsafat dan Metafisika  dalam Islam
Penerbit: Pustaka Narasi
Waktu Terbit : 2008
Halaman : 256
           
Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai filsafat Islam, penulis buku ini menjelaskan terlebih dahulu pengertian, lapangan filsafat, obyek pembicaraan filsafat, lapangan filsafat Islam, pencakupan filsafat Islam terhadap Ilmu Keislaman yang lain, kemudian baru dijelaskan mengenai filsafat Arab atau filsafat Islam. Dalam bab pertama ini dijelaskan dari sub bab pengertian hingga sub bab filsafat Arab atau filsafat Islam, agar para pembaca mudah memahami secara menyeluruh. Bab pertama ini sebagai pembuka atau pengantar untuk bab-bab selanjutnya. Jadi, agar memahami bab-bab setelah bab pertama maka harus memahami terlebih dahulu bab pertama.
Setelah sekian banyak mengutip pengertian filsafat dari beberapa tokoh filsafat, K.H. Muhammad Sholikhin menyimpulkan bahwa pengertian filsafat ialah ilmu tentang wujud-wujud melalui sebab-sebabnya yang jauh. Yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada sebab-sebabnya sesuatu. Ilmu terhadap wujud-wujud tersebut adalah bersifat keseluruhan, bukan bersifat terperinci menjadi (garis kecilnya), karena pengetahuan secara terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu nyata.
Sedangkan dalam penjelasan lapangan filsafat Islam, K.H. Muhammad Sholikhin tidak memberi penjelasan dari dirinya akan tetapi hanya mengutip dari beberapa tokoh filosuf-filosuf muslim, diantaranya al-Kindi, al-Farabi, Ikhwanushafa dan Ibnu Sina. Dari beberapa filosuf muslim ini, hanya Ikhwanushafa yang memberikan penjelasan lebih banyak dalam lapangan filsafat Islam termasuk cabangnya. Ada empat lapangan filsafat Islam menurut Ikhwanushafa, yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan. Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu: mengetahui Tuhan, ilmu kerohanian, ilmu kejiwaan, ilmu politik yang mencakup politik kenabian, politik pemerintahan, politik umum, politik khusus, politik pribadi (Akhlak), dan ilmu keakheratan.
Penjelasan mengenai filsafat Arab atau filsafat Islam, penulis buku ini memaparkan terlebih dahulu pendapat tokoh-tokoh yang sepakat dengan penamaan filsafat Arab dan yang sepakat dengan penamaan filsafat Islam. Lalu K.H. Muhammad Sholikhin memberikan argumentasinya dan memilih penamaan filsafat Islam dianggap lebih tepat. Alasannya menginggat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga kebudayaan. Pemikiran filsafat sudah barang tentu terpengaruh oleh kebudayaan Islam tersebut, meskipun pemikiran tersebut adalah Islam, baik dalam problem-problemannya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena Islam telah memadu dan menampung aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu kesatuan.
Dalam pembahasan selanjutnya dijelaskan mengenai bagaimana para ahli-ahli ketimuran (orientalis) memandang filsafat Islam. Dalam bab ini, K.H. Muhammad Sholikhin mengangkat beberapa nama orientalis yang mempunyai pendapat atas filsafat Islam. Antara lain, Tenneman, Renan, L. Gauthier, E. Brehier, dan Max Horten. Kemudian penulis buku ini meringkas dari apa yang telah disampaikan oleh para orientalis tersebut.
Filsafat Yunani sebelum Islam dijelaskan pula oleh K.H. Muhammad Sholikhin dalam buku ini. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui secara umum mengenai filsafat Yunani. Karena sebelum filsafat Islam hadir, filsafat Yunani-lah yang hadir pertama kali sebagai cikal-bakal atas filsafat-filsafat yang lain. Bab ini menjelaskan tentang ciri khas fase Hellenisme, ciri khas fase Hellanisme Romawi, Neo Platonisme, Plotinus, dan penjelasan mengenai sifat-sifat akal, jiwa alam, dan alam materi pada zaman tersebut.
Bab selanjutnya mengenai persiapan berfilsafat pada kaum muslimin. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penerjemahan buku-buku filsafat yaitu buku-buku Plato dan Aristoteles. Selain itu juga penerjemahan buku-buku Hellenisme Romawi, dan masa Neo Platonisme. Filsafat Yunani ini dapat diterima, karena ada keinginan untuk pemaduan filsafat di satu pihak dengan agama di lain pihak.
Bab-bab selanjutnya dalam buku ini mulai menjelaskan filsafat Islam yang diwakili oleh para filosuf muslim, diantaranya al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd. Tokoh-tokoh tersebut dijelaskan dari biografi, karya-karyanya, pemikiran filsafat tokoh tersebut, lalu kemudian dikomentari oleh penulis buku. Al-Ghazali dalam pandangan penulis buku ini, bukan termasuk sebagai filosuf karena ia menentang bahkan memerangi filsafat. Akan tetapi al-Ghazali telah mempelajari filsafat sedemikian rupa hingga dapat mengkritik para filosuf muslim dari segi pemikiran filsafat metafisika. Mungkin hal inilah yang menyebabkan al-Ghazali dimasukkan dalam pembahasan filosuf Islam.
Buku yang ditulis oleh K.H. Muhammad Sholikhin ini pada hakekatnya adalah pengantar filsafat Islam. Yang didalamnya dijelaskan secara singkat dan padat mengenai pengertian, ruang lingkup dan keadaan filsafat Yunani. Hal ini dimaksudkan hanya sebagai pengantar agar nantinya mudah memahami filsafat Islam. Maka buku ini, sangat tepat bagi para pelajar yang ingin meningkatkan wawasannya mengenai dunia filsafat, khususnya filsafat Islam. Tidak hanya dimiliki oleh mahasiswa bidang filsafat saja, tetapi dapat dimiliki mahasiswa lainnya karena sudah menjadi mata kuliah wajib di tiap jurusan perguruan tinggi.
Alasan mengapa al-Razi atau nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria al-Razi tidak dibahas dalam buku ini tidak ditemukan, padahal al-Razi adalah salah satu filosuf Islam yang terkenal. Dengan pemikirannya tentang falsafat lima kekal dan pemikiran-pemikran yang lainnya. Penggunaan bahasa yang kurang menarik, menjadi kekurangan dalam buku ini. Selain itu, sistematika penulisan juga terlihat belum rapi antara penulisan bab dan sub bab. Kendati demikian, buku ini secara “isi” sudah dapat menggambarkan sejarah filsafat Islam secara menyeluruh.