Sunday, May 22, 2016

Resensi Mengapa Partai Islam Kalah?


Judul  : Mengapa Partai Islam  Kalah?
Penulis : Deliar Noer
Penerbit : Alvabet
Waktu Terbit : Oktober 1999
Halaman : 376

            Kekalahan partai-partai politik Islam benar-benar telak. Dari 17 partai politik Islam yang lolos seleksi pemilu 1999, hanya PPP yang meraih suara signifikan. Perolehan PBB jauh di bawah dugaan. Partai Keadilan Sejahtera hanya mendapat 7 kursi DPR, dan akan terus terlikuilidasi untuk pemilu 2004. Mungkin hasil pemilu ini merupakan sinyal yang jelas bahwa mayoritas Muslim sudah tidak lagi menganggap penting simbol-simbol Islam dalam politik, dan lebih peduli pada substansi.
            Pada bab pertama dalam buku ini akan dimulai dengan membahas mengenai pro-kontra partai Islam. Pada zaman orde lama, menuntut keadilan itu kontra-revolusi. Sedangkan pada zama orde baru, menuntut keadilan itu dilarang.
            Agama (Islam) itu memiliki dimensi yang banyak, namun dalam politik hanya memiliki dimensi tunggal, yaitu dimensi rasional. Agama terdiri dari akidah, akhlak, ibadah, syariah, dan muamalah. Dalam muamalah terletak politik. Muamalah harus diperinci lagi menjadi politik, ekonomi, sosial, kesenian, pendidikan, kelas, perkumpulan, dan sebagainya. Dalam kegiatan ekonomi, mendirikan perusahaan tidak diatur agama. Dalam kesenian, jadi ekspresionis atau impresionis tidak diatur agama. Dalam pendidikan dan masyarakat pun juga tidak diatur agama. Demikian pula dengan politik, di masa lalu ikut PPP, atau Golkar, atau PDI, tidak di atur agama. Politik hanya bagian yang sangat kecil dari agama.
Pada bab kedua menguraikan kiprahan partai politik Islam dalam Pemilu 1999. Runtuhnya rezim Orde Baru di samping meninggalkan kehancuran seperti ekonomi yang centang-perenang juga membawa banyak berkah. Setelah tiga puluh tahun eksistensi partai politik Islam di pinggirkan dan diperas ke hanya satu partai, yaitu PPP, sekarang ini ibarat “Musim Tanam” bagi berdirinya partai Islam. Sejalan dengan ramainya pendirian partai, tanggapan pro-kontra pun muncul. Mereka yang pro berargumen bahwa munculnya partai politik Islam merupakan suatu yang tidak terhindarkan seiring dengan melajunya iklim reformasi. Sementara mereka yang bersebrangan pendapat menilai partai politik Islam merupakan ancaman bagi kemajemukan bangsa.
Pada bab selanjutnya yaitu bab tiga membahas mengenai kekalahan partai politik Islam. Dan untuk bab empat mengulas tentang partai politik Islam pasca pemilu 1999. Pada bab ini juga dibahas mengenai evaluasi dari partai politik Islam yang kalah pada pemilu 1999. Kondisi sekarang, pemahaman umat akan politik Islam sangatlah dangkal. Akibat rekayasa Orde Lama dan Orde Baru, secara ideologi dan politik, umat terjauhkan dari pemahaman Islam. Pembinaan ke-Islaman terjerumus pada pembinaan yang sifatnya individual, akhlak, ibadah ritual. Jadi diduga umat tidak akan banyak terlalu mempehatikan faktor agama dalam politik. Tidak terlalu peduli apakah parpol itu berideologi Islam atau sekuler.
Maka dari itu buku ini hadir untuk menyadarkan umat muslim di Indonesia betapa pentingnya agama Islam dalam politik. Buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami jadi cocok dibaca untuk semua kalangan umur.