Judul : Mengapa Partai
Islam Kalah?
Penulis : Deliar Noer
Penerbit : Alvabet
Waktu Terbit : Oktober
1999
Halaman : 376
Kekalahan
partai-partai politik Islam benar-benar telak. Dari 17 partai politik Islam
yang lolos seleksi pemilu 1999, hanya PPP yang meraih suara signifikan.
Perolehan PBB jauh di bawah dugaan. Partai Keadilan Sejahtera hanya mendapat 7
kursi DPR, dan akan terus terlikuilidasi untuk pemilu 2004. Mungkin hasil
pemilu ini merupakan sinyal yang jelas bahwa mayoritas Muslim sudah tidak lagi
menganggap penting simbol-simbol Islam dalam politik, dan lebih peduli pada
substansi.
Pada bab
pertama dalam buku ini akan dimulai dengan membahas mengenai pro-kontra partai
Islam. Pada zaman orde lama, menuntut keadilan itu kontra-revolusi. Sedangkan
pada zama orde baru, menuntut keadilan itu dilarang.
Agama
(Islam) itu memiliki dimensi yang banyak, namun dalam politik hanya memiliki
dimensi tunggal, yaitu dimensi rasional. Agama terdiri dari akidah, akhlak,
ibadah, syariah, dan muamalah. Dalam muamalah terletak politik. Muamalah harus
diperinci lagi menjadi politik, ekonomi, sosial, kesenian, pendidikan, kelas,
perkumpulan, dan sebagainya. Dalam kegiatan ekonomi, mendirikan perusahaan
tidak diatur agama. Dalam kesenian, jadi ekspresionis atau impresionis tidak
diatur agama. Dalam pendidikan dan masyarakat pun juga tidak diatur agama.
Demikian pula dengan politik, di masa lalu ikut PPP, atau Golkar, atau PDI,
tidak di atur agama. Politik hanya bagian yang sangat kecil dari agama.
Pada bab kedua menguraikan kiprahan
partai politik Islam dalam Pemilu 1999. Runtuhnya rezim Orde Baru di samping
meninggalkan kehancuran seperti ekonomi yang centang-perenang juga membawa
banyak berkah. Setelah tiga puluh tahun eksistensi partai politik Islam di
pinggirkan dan diperas ke hanya satu partai, yaitu PPP, sekarang ini ibarat
“Musim Tanam” bagi berdirinya partai Islam. Sejalan dengan ramainya pendirian
partai, tanggapan pro-kontra pun muncul. Mereka yang pro berargumen bahwa
munculnya partai politik Islam merupakan suatu yang tidak terhindarkan seiring
dengan melajunya iklim reformasi. Sementara mereka yang bersebrangan pendapat
menilai partai politik Islam merupakan ancaman bagi kemajemukan bangsa.
Pada bab selanjutnya yaitu bab tiga
membahas mengenai kekalahan partai politik Islam. Dan untuk bab empat mengulas
tentang partai politik Islam pasca pemilu 1999. Pada bab ini juga dibahas
mengenai evaluasi dari partai politik Islam yang kalah pada pemilu 1999.
Kondisi sekarang, pemahaman umat akan politik Islam sangatlah dangkal. Akibat
rekayasa Orde Lama dan Orde Baru, secara ideologi dan politik, umat terjauhkan
dari pemahaman Islam. Pembinaan ke-Islaman terjerumus pada pembinaan yang
sifatnya individual, akhlak, ibadah ritual. Jadi diduga umat tidak akan banyak
terlalu mempehatikan faktor agama dalam politik. Tidak terlalu peduli apakah
parpol itu berideologi Islam atau sekuler.
Maka dari itu buku ini hadir untuk
menyadarkan umat muslim di Indonesia betapa pentingnya agama Islam dalam
politik. Buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami jadi cocok dibaca
untuk semua kalangan umur.